BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta
energi yang menyertai perubahan tersebut. Dalam pembelajaran
kimia tidak semua peristiwa kimia dapat dijelaskan dengan sederhana dan diamati
secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Farida (2009) menyatakan bahwa
berbagai teori dan temuan dalam sains kimia dapat direfleksikan dengan representasi
makroskopis (pengamatan dengan indra), mikroskopis (abstrak / hal yang tidak dapat dilihat oleh mata), dan
simbolis (simbol-simbol kimia). Jadi dalam
pembelajaran kimia, terdapat teori dan temuan sains kimia yang dapat
direfleksikan dengan representasi makroskopis, mikroskopis dan simbolis.
Pengrefleksian ini bertujuan untuk memudahkan dalam penjelasan materi-materi
kimia. Fokus studi pengembangan pendekatan belajar dan mengajar kimia
seharusnya lebih ditekankan pada tiga level
representasi, yaitu makroskopik, submikroskopik,dan simbolik.
Representasi
makroskopis pada ilmu kimia adalah representasi kimia yang diperoleh melalui
pengamatan nyata terhadap suatu fenomena yang dapat dilihat dan dipersepsi oleh
pancaindra atau dapat berupa pengalaman sehari-hari pebelajar, misalnya
terjadinya perubahan warna, suhu, pH larutan, pembentukan gas dan endapan yang
dapat diobservasi ketika suatu reaksi kimia berlangsung. Seorang pebelajar
dapat merepresentasikan hasil pengamatan dalam berbagai model representasi, misalnyadalam
bentuk laporan tertulis, diskusi, presentasi oral, diagram, grafik dan
sebagainya. Representasi mikroskopis pada ilmu kimia adalah representasi kimia
yang menjelaskan mengenai struktur dan proses pada level partikel
(atom/molekular) terhadap fenomena makroskopis yang diamati. Representasi
mikroskopis merupakan jembatan antara level makroskopis dan simbolik
Dewasa
ini, banyak sekali jenis buku – buku kimia yang dipakai di sekolah yang
diharapkan dapat mempermudah siswa dalam mempelajari mata pelajaran kimia.
Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi yang
menyebabkan siswa tersebut kesulitan untuk memahami pelajaran kimia. Hal ini
dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu dalam kegiatan pembelajaran
guru tidak melakukan penekanan pada level mikroskopis dan level makro pun tak
maksimal disajikan oleh guru. Hal ini terlihat pada saat guru menjelaskan
materi pelajaran, guru hanya menggunakan media bantu papan tulis saja. Selain
berasal dari guru, miskonsepsi biasa juga berasal dari buku – buku yang
digunakan sebagai bahan belajar oleh siswa, dimana penjelasan yang ada dalam
buku terlalu singkat menyebabkan ada materi yang terlewatkan (tidak dibahas),
selain itu penyajian meteri berupa gambar atau reaksi yang ada dalam buku
kurang menarik perhatian siswa, dan yang paling penting adalah kurang
ditekankan pada tiga level representasi
yaitu: makroskopik, mikroskopik dan simbolik.
Berdasarkan masalah ini, maka kelompok kami melakukan
identifikasi isi buku atau menelaah isi buku kimia SMA (khususnya tentang
konsep Tata Nama Senyawa) yang paling banyak digunakan di setiap sekolah dengan
menggunakan buku teks Kimia Universitas - Brady sebagai buku pembandingnya dan
meredaksikannya dalam bentuk makalah.
1.2.
Rumusan masalah
Bagaimanakah
bentuk penyajian materi tata nama senyawa yang ada dalam buku – buku kimia SMA bila dibandingkan dengan buku teks Kimia
Universitas – Bredy?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui
bentuk penyajian materi tata nama senyawa yang ada dalam buku – buku
Kimia SMA bila dibandingkan dengan buku teks Kimia Universitas – Bredy.
1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini bagi siswa dan guru
adalah menjadi referensi untuk menentukan atau memilih buku kimia SMA yang
terbaik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga akan dapat
menanggulangi masalah miskonsepsi yang kerap terjadi dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP
Rossa
menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstrak mental yang mewakili suatu kelas
menstimulus-stimulus, kejadian yang mempunyai atribut yag sama. Selain itu
konsep menggambarkan keteraturan atau hubungan dengan sekelompok faktor-faktor
yang ditandai oleh beberapa simbol atau tanda.
Ratna Willis Dahar
menyatakan bahwa walaupun para ahli telah memberikan definisi-definisi verbal
dari suatu konsep, namun definisi tersebut tidak mengungkapkan suatu hubungan
antara konsep itu dengan konsep lainnya, artinya mungkin tidak ada satu pun
definisi yang mengungkapkan arti yag lebih dari konsep atau berbagai konsep
yang diperoleh siswa.
Ciri
konsep menurut Ratna Willis Dahar adalah sebagai berikut:
a.
Konsep
timbul dari hasil pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa
atau fakta, konsep merupakan suatu generalisasi dari fakta-fakta tersebut.
b.
Konsep
adalah berpikir abstrak manusia dari fakta-fakta tersebut.
c.
Suatu
konsep dapat dianggap kurang tepat timbulnya fakta-fakta baru, oleh karena itu
konse[ mengalami perubahan (bersifat tentatif).
2.2 KONSEPSI
Menurut Van den Berg, konsepsi adalah
tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu. Contoh pada konsep hambatan adalah
hambatan yang didefinisikan dan diberikan hubungannya dengan konsep-konsep lainnya
menurut ilmu mutakhir. Tetapi setiap siswa punya tafsiran dari konsep hambatan
dalam kepalanya dan tafsiran itu berbeda untuk setiap siswa.
2.3 MISKONSEPSI
2.3.1
Pengertian Miskonsepsi
Terdapat
kecenderungan bahwa siswa memiliki kosepsi yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Beberapa diantara siswa
tersebut ada yang memilki konsepsi berbeda dengan konsepsi ilmuan, konsepsi
ilmuan biasanya lebih kompleks, lebih rumit dan lebih banyak melibatakan
keterkaitan antar konsep, kalau konsepsi siswa ternyata sama dengan konsepsi
ilmuan yang telah disederhanakan, maka konsepsi tersebut tidak dinyatakan
salah. Sedangkan konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi siswa yang telah
disederhanakan maka siswa tersebut dinyatakan mengalami kesalahan konsepsi atau
miskonsepsi (E. Van den Berg, 1991:10).
Definisi
miskonsepsi menurut beberapa para ahli:
1. Euwe Van den Berg
Miskonsepsi merupakan pertentangan atau
ketidakcocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang dipakai pakar
ilmu yang bersangkutan.
2.
Brown
Menurut Brown, miskonsepsi merupakan
suatu pandangan yang naif, dan mendefinisikannya sebagai suatu gagasan yang
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima.
3.
Fowler
Fowler memandang miskonsepsi sebagai
pengertian yang tidak akuran akan konsep, penggunaan konsep yang salah,
klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep yang berbeda dan
hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar.
Beberapa
peneliti menggunakan istilah konsep alternatif untuk menunjukkan miskonsepsi.
Suparno (2005:6) menyatakan bahwa alasan peneliti menggunakan istilah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Konsep alternatif lebih menunjuk pada
penjelasan berdasarkan pengalaman yang dikonstruksikan oleh siswa sendiri.
2. Istilah konsep alternatif memberikan
penghargaan intelektual kepada yang mempunyai gagasan tersebut.
3. Istilah konsep alternatif kerap kali
masuk akal secara konstektual dan juga berguna untuk penjelasan beberapa
persoalan yang sedang dihadapi siswa Novak ( Suparno, 2005:5).
Meskipun
istilah konsep alternatif banyak yang digunakan oleh para peneliti, tetapi
beberapa peneliti masih menggunakan miskonsepsi. Alasan mereka menggunakan
istilah miskonsepsi adalah sebagai berikut (Suparno, 2005:6).
1. Istilah miskonsepsi sudah mempunyai
makna bagi orang awam.
2. Dalam pendidikan sains, istilah
tersebut sudah membawapengertian-pengertian tertentu sesuai dengan pemikiran
sainstifik saat ini.
3. Istilas miskonsepsi sudah dimengerti
baik itu oleh para guru dan awam Novak (Suparno,2005:6).
2.4 Ciri-Ciri
Miskonsepsi
Euwe
Van den Berg (1991:17), menyebutkan miskonsepsi yang telah tebentuk dalam diri
siswa sangat merugikan proses pembelajaran berikutnya, karena miskonsepsi
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Miskonsepsi sulit sekali diperbaiki.
2. Menjadi pengganggu terhadap pemahaman konsep
yang selanjutnya walaupun untuk soal-soal sederhana.
3. Regresional yaitu siswa sudah pernah
salah konsep, beberapa kemudian akan mengalami kesalahan kembali.
4. Tidak dapat dihilangkan melalui cramah
yang baik.
5. Setiap individu, baik siswa, mahasiswa,
guru maupun dosen dapat terkena miskonsepsi.
Sementara melalui pernyataan singkatnya, Helm dan Novak
(Kumaidi, 2000:12) menyatakan, Many of
these misconception are prepasive, stable and resistant to change’’.
Nakhleh (Subarki, 2000:22) juga menyatakan sekali miskonsepsi ini masuk kedalam
struktur kognitif siswa, maka miskonsepsi ini akan bekelanjutan. Hal ini akan
lebih berbahya bila guru yang mengalami miskonsepsi, karena ia akan menstrafer
miskonsepsi yang dialaminya kepada siswa, sehingga akan lebih banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi.
Miskonsepsi
banyak dialami siswa diseluruh negara. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil
penelitian pada miskonsepsi yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Diantaranya Van den Berg (1991:13) menyatakan bahwa “miskonsepsi terjadi
universal diseluruh dunia bagamanapun lingkungan sosial-budaya-teknik.
Miskonsepsi telah merupakan pembawaan manusia, software manusia”.
Paul
Suparno (2005:8), menyatakan bahwa miskonsepsi terdapat dalam semua bidang
sains, fisika, biologi, kimia dan bumi dan antariksa. Dalam bidang fisika semua
sub bidang juga mengalami miskonsepsi seperti mekanika, termodinamika, bunyi
dan gelombang, optika, listrik dan magnet dan fisika modern.
2.5 Penyebab
Terjadinya Miskonsepsi
Miskonsepsi yang dialami siswa dapat muncul dari
pengalamanya sehari-hari ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Setiap siswa
sudah memiliki pengalaman-pengalaman dengan beberapa peristiwa fisika seperti
peristiwa gerak, panas, benda jatuh dan lain sebagainya. Akibat pengalaman
tersebut secara tidak langsung dalam otak manusia sudah terbentuk atau “teori
siswa” tentang peristiwa-peristiwa tersebut. Intuisi atau teori siswa yang
tersebut belum tentu sesuai dengan teori para ilmuan. Secara tidak sengaja
teori-teori siswa ini terus berkembang dan melekat dalam otak siswa sehingga
dapat mengganggu pelajaran fisika.
Faktor
potensial lain yang menjadi sumber miskonsepsi (Mujadi 2002:88) adalah:
1. Anak cenderung melihat suatu
benda/peristiwa dari sudut pandang dirinya sendiri.
2. Pengalaman anak dilingkungan terbatas
dan cenderung tidak mempunyai kesempatan untuk melihat secara langsung suatu
peristiwa atau demonstrasi.
3. Anak cenderung memaami suatu peristiwa
secara parsial dan tidak mengaitkan satu bagian dengan yang lainnya.
Bahasa
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari banyak yang memilki arti berbeda
dengan yang digunakan dalam IPA. Contoh, gaya, gesekan, pembiasan dan
lain-lain.
2.6 Cara
Mengatasi Miskonsepsi
Van
den Berg (1991:6) merumuskan beberapa unsur dari cara mengatasi miskonsepsi,
adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah mendeteksi
pra-konsepsi siswa. Apa yang sudah ada dalam kepala siswa sebelum kita
mengajar? Pra-konsepsi apakah yang sudah terbentuk dalam kepala siswa oleh
pengalaman dengan peristiwa-peristiwa yang akan dipelajari? Apa kekurangan
pra-konsepsi tersebut?
2. Langkah kedua adalah merancang
pengalaman beljar yang bertolak dari prakonsepsi tersebut dan kemudian
menghaluskan bagian yang sudah baik dan mengoreksi bagian yang salah.
3. Langkah ketiga adalah latihan pertnyaan
dan soal yang dipakai harus dipilih sedemikian rupa sehingga perbedaan antara
konsepsi yang benar dan yang slah akan muncul dngan jelas.
Lebih
jauh Van den Berg menyatakan bahwa kunci untuk perbaikan konsepsi siswa dalah
interaksi dengan siswa. Tanpa interaksi guru tidak akan mengetahui miskonsepsi
siswa.
Tabel Uji Miskonsepsi Pada Beberapa Buku Kimia SMA Untuk Kelas X
Judul
Buku
|
Konsep
|
Indikator
|
|||||||
Penjelasan
|
Gambar
|
Visualisasi
|
Miskonsepsi
|
||||||
Ada/Tdk
|
Sesuai/Tdk
|
Ada/Tdk
|
Sesuai/Tdk
|
Ada/Tdk
|
Sesuai/Tdk
|
Ada/Tdk
|
Sesuai/Tdk
|
||
Kimia
Untuk SMA/MA Kelas X
|
Tata Nama Senyawa Sederhana
|
Ada
|
Sesuai, tapi tidak lengkap
|
Ada
|
Sesuai
|
Ada
|
Sesuai
|
Tidak
|
-
|
Kimia
Menkaji Fenomena Alam
|
Tata Nama Senyawa
|
Ada
|
Sesuai, tapi tidak lengkap
|
Tidak
|
-
|
Ada
|
Sesuai
|
Tidak
|
-
|
Memahami
Kimia SMA/MA 1 Untuk Kelas X, Semester 1 dan 2
|
Tata Nama Senyawa
|
Ada
|
Sesuai
|
Tidak
|
-
|
Ada
|
Sesuai
|
TIdak
|
-
|
Kimia 1 Untuk SMA/MA Kelas X
|
Tata Nama Senyawa
|
Ada
|
Sesuai, tapi tidak lengkap
|
Tidak
|
-
|
Ada
|
Sesuai
|
Tidak
|
-
|
Keterangan pada Tabel di atas :
1.
Pada
judul Buku kimia untuk SMA/MA kelas X Karangan Budi U, dkk. Terdapat penjelasan
yang kurang dipahami oleh siswa karena penjelasannya singkat dan untuk penamaan
pada senyawa seperti Cr yang mempunyai biloks +2 dan +3 tidak d jelaskan
penamaan yang lebih spesifik begitu pula pada penamaan yang terdapat pada unsur
besi yang memiliki bilangan oksidasi +2 dan +3, pada penjelasan pada buku ini
pula belum lengkap belumterdapan senyawa poliatomik.
2.
Pada
judul buku Kimia Mengkaji Fenomena Alam karanagn Arifatun Setyawati. Pada buku
ini jelas akan tetapi gambar yang menunjukan senhywa yang telah dinamai belum
ada atau tidak terdapat gambar, kemudian sama dengan buku yang lain tidak
terdapat pada pemberian nama pada senyawa yang memiliki bilangan oksidasi pada
senywa logam transisi tidak dibahas penamaan yang lebih spesifik, pada
penjelasan kurang dipahami oleh siswa pada pembahasan senyawa asam tidak
terdapat persamaan reaksinya dan pada buku ini juga tidak membahas senyawa
basa.
3.
Pada
Judul Buku Memahami Kimia SMA/MA Karangan Irvan Permana. Pada buku ini
penyajiannya menarik siswa karena pada buku ini sangat jelas dan kontras warna
yang dipakai adalah warna yang dapat menarik hati pembaca atau siswa.
Penjelasan pada buku ini pula mudah dimengerti olah sisawa, semua pokok
pembahasan dibhas pada buku ini akan tetapi gambar dari contoh senywa tidak
ditampilkan dan persamaan reaksinya tidak terdapat pada buku ini.
4.
Pada
Judul Buku Kimia Untuk SMA/MA Kelas X Karangan Ari Harmanto dan Ruminton. Pada
buku ini penjelasannya cukup singkat dan tidak dimengerti oleh pembaca atau
siswa karena penjelasannya kurang lengkap atau hanya singkat dan tidak terpola
baik dan penjelasannya sekalian tidk dibagi perpokok bahasan semua dicantumkan
pada satu materi saja. Pada pembahasan ion pokok yang disajikan pada senyawa
ion kurang jelas, tidak terdapat penjelasan senyawa poliatomik, senyawa asam dan
basa.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahsan diatas dapat disimpulkan
bahwa semua buku yang telah dikaji tidak terdapat miskonsepsi semua pada penjelasan pada buku kimia SMA
sudah sesuai dengan buku panduan yaitu
buku kimia universitas oleh James E. Brady. Akan tetapi pada buku-buku yang
sudah diuji ada beberapa buku yang tidak terdapat gambar dan pada buku tersebut
tidak terdapat atau penjelasan yang libih spesifik dan ada pula buku yang
kurang di pahami oleh siswa sehingga siswa akan kebinggun jika mempelajari
sendiri.
3.2 SARAN
Saran yang ingin disampaikan oleh penulis
yaitu pada makalah ini pada pembahasan yang ditulis masih banyak kekurangan
sehingga pembaca diharapkan lebih banyak melakukan study literatur pada pokok bahsan
yang terdapat pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,-.-. kajian konsep, miskonsepsi
certainty of respon index (CRI) dan pencemaran lingkungan.diakses pada tanggal 09 april 2012 pukul 15: 30:12 pada alamat http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d035_046169_chapter2.pdf
Anifah .S.
Arifatun,2009, Kimia Mengkaji
Fenomena Alam, Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Brady.J.A,1998, Kimia Universitas Asas &
Struktur Edisi ke-V jilid I,Jakarta :
Universitas Trisakti
Harmanto A.,Ruminton,2009,Kimia Untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta :Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Permana .I,2009, Memahami Kimia SMA/MA Untuk
Kelas X, Semester 1 dan 2, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Ulami .B, Nugroho A.CS. dkk.2009.Kimia Untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta :Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar