Senin, 16 April 2012

Uji Miskonsepsi pada buku SMA/MA pada materi Tata Nama Senyawa


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut. Dalam pembelajaran kimia tidak semua peristiwa kimia dapat dijelaskan dengan sederhana dan diamati secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Farida (2009) menyatakan bahwa berbagai teori dan temuan dalam sains kimia dapat direfleksikan dengan representasi makroskopis (pengamatan dengan indra), mikroskopis (abstrak / hal yang tidak dapat dilihat oleh mata), dan simbolis (simbol-simbol kimia).  Jadi dalam pembelajaran kimia, terdapat teori dan temuan sains kimia yang dapat direfleksikan dengan representasi makroskopis, mikroskopis dan simbolis. Pengrefleksian ini bertujuan untuk memudahkan dalam penjelasan materi-materi kimia. Fokus studi pengembangan pendekatan belajar dan mengajar kimia seharusnya lebih ditekankan pada tiga level representasi, yaitu makroskopik, submikroskopik,dan simbolik.
Representasi makroskopis pada ilmu kimia adalah representasi kimia yang diperoleh melalui pengamatan nyata terhadap suatu fenomena yang dapat dilihat dan dipersepsi oleh pancaindra atau dapat berupa pengalaman sehari-hari pebelajar, misalnya terjadinya perubahan warna, suhu, pH larutan, pembentukan gas dan endapan yang dapat diobservasi ketika suatu reaksi kimia berlangsung. Seorang pebelajar dapat merepresentasikan hasil pengamatan dalam berbagai model representasi, misalnyadalam bentuk laporan tertulis, diskusi, presentasi oral, diagram, grafik dan sebagainya. Representasi mikroskopis pada ilmu kimia adalah representasi kimia yang menjelaskan mengenai struktur dan proses pada level partikel (atom/molekular) terhadap fenomena makroskopis yang diamati. Representasi mikroskopis merupakan jembatan antara level makroskopis dan simbolik
Dewasa ini, banyak sekali jenis buku – buku kimia yang dipakai di sekolah yang diharapkan dapat mempermudah siswa dalam mempelajari mata pelajaran kimia. Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi yang menyebabkan siswa tersebut kesulitan untuk memahami pelajaran kimia. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu dalam kegiatan pembelajaran guru tidak melakukan penekanan pada level mikroskopis dan level makro pun tak maksimal disajikan oleh guru. Hal ini terlihat pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, guru hanya menggunakan media bantu papan tulis saja. Selain berasal dari guru, miskonsepsi biasa juga berasal dari buku – buku yang digunakan sebagai bahan belajar oleh siswa, dimana penjelasan yang ada dalam buku terlalu singkat menyebabkan ada materi yang terlewatkan (tidak dibahas), selain itu penyajian meteri berupa gambar atau reaksi yang ada dalam buku kurang menarik perhatian siswa, dan yang paling penting adalah kurang ditekankan pada tiga level representasi yaitu: makroskopik, mikroskopik dan simbolik.
Berdasarkan masalah ini, maka kelompok kami melakukan identifikasi isi buku atau menelaah isi buku kimia SMA (khususnya tentang konsep Tata Nama Senyawa) yang paling banyak digunakan di setiap sekolah dengan menggunakan buku teks Kimia Universitas - Brady sebagai buku pembandingnya dan meredaksikannya dalam bentuk makalah.

1.2.      Rumusan masalah
Bagaimanakah bentuk  penyajian materi  tata nama senyawa  yang ada dalam buku – buku kimia SMA  bila dibandingkan dengan buku teks Kimia Universitas – Bredy?
1.3.      Tujuan
Untuk mengetahui  bentuk penyajian materi tata nama senyawa yang ada dalam buku – buku Kimia SMA bila dibandingkan dengan buku teks Kimia Universitas – Bredy.

1.4.      Manfaat
                        Manfaat dari penulisan makalah ini bagi siswa dan guru adalah menjadi referensi untuk menentukan atau memilih buku kimia SMA yang terbaik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga akan dapat menanggulangi masalah miskonsepsi yang kerap terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1   KONSEP
Rossa menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstrak mental yang mewakili suatu kelas menstimulus-stimulus, kejadian yang mempunyai atribut yag sama. Selain itu konsep menggambarkan keteraturan atau hubungan dengan sekelompok faktor-faktor yang ditandai oleh beberapa simbol atau tanda.
                     Ratna Willis Dahar menyatakan bahwa walaupun para ahli telah memberikan definisi-definisi verbal dari suatu konsep, namun definisi tersebut tidak mengungkapkan suatu hubungan antara konsep itu dengan konsep lainnya, artinya mungkin tidak ada satu pun definisi yang mengungkapkan arti yag lebih dari konsep atau berbagai konsep yang diperoleh siswa.
Ciri konsep menurut Ratna Willis Dahar adalah sebagai berikut:
a.    Konsep timbul dari hasil pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta, konsep merupakan suatu generalisasi dari fakta-fakta tersebut.
b.    Konsep adalah berpikir abstrak manusia dari fakta-fakta tersebut.
c.    Suatu konsep dapat dianggap kurang tepat timbulnya fakta-fakta baru, oleh karena itu konse[ mengalami perubahan (bersifat tentatif).

2.2   KONSEPSI

Menurut Van den Berg, konsepsi adalah tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu. Contoh pada konsep hambatan adalah hambatan yang didefinisikan dan diberikan hubungannya dengan konsep-konsep lainnya menurut ilmu mutakhir. Tetapi setiap siswa punya tafsiran dari konsep hambatan dalam kepalanya dan tafsiran itu berbeda untuk setiap siswa.

2.3   MISKONSEPSI

2.3.1          Pengertian Miskonsepsi
Terdapat kecenderungan bahwa siswa memiliki kosepsi yang berbeda satu dengan yang lainnya.  Beberapa diantara siswa tersebut ada yang memilki konsepsi berbeda dengan konsepsi ilmuan, konsepsi ilmuan biasanya lebih kompleks, lebih rumit dan lebih banyak melibatakan keterkaitan antar konsep, kalau konsepsi siswa ternyata sama dengan konsepsi ilmuan yang telah disederhanakan, maka konsepsi tersebut tidak dinyatakan salah. Sedangkan konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi siswa yang telah disederhanakan maka siswa tersebut dinyatakan mengalami kesalahan konsepsi atau miskonsepsi (E. Van den Berg, 1991:10).
                        Definisi miskonsepsi menurut beberapa para ahli:
1.    Euwe Van den Berg
Miskonsepsi merupakan pertentangan atau ketidakcocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang dipakai pakar ilmu yang bersangkutan.
2.    Brown
Menurut Brown, miskonsepsi merupakan suatu pandangan yang naif, dan mendefinisikannya sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima.
3.     Fowler
Fowler memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akuran akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar.
          Beberapa peneliti menggunakan istilah konsep alternatif untuk menunjukkan miskonsepsi. Suparno (2005:6) menyatakan bahwa alasan peneliti menggunakan istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Konsep alternatif lebih menunjuk pada penjelasan berdasarkan pengalaman yang dikonstruksikan oleh siswa sendiri.
2.    Istilah konsep alternatif memberikan penghargaan intelektual kepada yang mempunyai gagasan tersebut.
3.    Istilah konsep alternatif kerap kali masuk akal secara konstektual dan juga berguna untuk penjelasan beberapa persoalan yang sedang dihadapi siswa Novak ( Suparno, 2005:5).
                Meskipun istilah konsep alternatif banyak yang digunakan oleh para peneliti, tetapi beberapa peneliti masih menggunakan miskonsepsi. Alasan mereka menggunakan istilah miskonsepsi adalah sebagai berikut (Suparno, 2005:6).
1.       Istilah miskonsepsi sudah mempunyai makna bagi orang awam.
2.       Dalam pendidikan sains, istilah tersebut sudah membawapengertian-pengertian tertentu sesuai dengan pemikiran sainstifik saat ini.
3.       Istilas miskonsepsi sudah dimengerti baik itu oleh para guru dan awam Novak (Suparno,2005:6).

2.4   Ciri-Ciri Miskonsepsi

                  Euwe Van den Berg (1991:17), menyebutkan miskonsepsi yang telah tebentuk dalam diri siswa sangat merugikan proses pembelajaran berikutnya, karena miskonsepsi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Miskonsepsi sulit sekali diperbaiki.
2.    Menjadi pengganggu terhadap pemahaman konsep yang selanjutnya walaupun untuk soal-soal sederhana.
3.    Regresional yaitu siswa sudah pernah salah konsep, beberapa kemudian akan mengalami kesalahan kembali.
4.    Tidak dapat dihilangkan melalui cramah yang baik.
5.    Setiap individu, baik siswa, mahasiswa, guru maupun dosen dapat terkena miskonsepsi.
Sementara melalui pernyataan singkatnya, Helm dan Novak (Kumaidi, 2000:12) menyatakan, Many of these misconception are prepasive, stable and resistant to change’’. Nakhleh (Subarki, 2000:22) juga menyatakan sekali miskonsepsi ini masuk kedalam struktur kognitif siswa, maka miskonsepsi ini akan bekelanjutan. Hal ini akan lebih berbahya bila guru yang mengalami miskonsepsi, karena ia akan menstrafer miskonsepsi yang dialaminya kepada siswa, sehingga akan lebih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi.
                  Miskonsepsi banyak dialami siswa diseluruh negara. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian pada miskonsepsi yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Diantaranya Van den Berg (1991:13) menyatakan bahwa “miskonsepsi terjadi universal diseluruh dunia bagamanapun lingkungan sosial-budaya-teknik. Miskonsepsi telah merupakan pembawaan manusia, software manusia”.  
 Paul Suparno (2005:8), menyatakan bahwa miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains, fisika, biologi, kimia dan bumi dan antariksa. Dalam bidang fisika semua sub bidang juga mengalami miskonsepsi seperti mekanika, termodinamika, bunyi dan gelombang, optika, listrik dan magnet dan fisika modern.

2.5   Penyebab Terjadinya Miskonsepsi

      Miskonsepsi yang dialami siswa dapat muncul dari pengalamanya sehari-hari ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Setiap siswa sudah memiliki pengalaman-pengalaman dengan beberapa peristiwa fisika seperti peristiwa gerak, panas, benda jatuh dan lain sebagainya. Akibat pengalaman tersebut secara tidak langsung dalam otak manusia sudah terbentuk atau “teori siswa” tentang peristiwa-peristiwa tersebut. Intuisi atau teori siswa yang tersebut belum tentu sesuai dengan teori para ilmuan. Secara tidak sengaja teori-teori siswa ini terus berkembang dan melekat dalam otak siswa sehingga dapat mengganggu pelajaran fisika.
      Faktor potensial lain yang menjadi sumber miskonsepsi (Mujadi 2002:88) adalah:
1.       Anak cenderung melihat suatu benda/peristiwa dari sudut pandang dirinya sendiri.
2.       Pengalaman anak dilingkungan terbatas dan cenderung tidak mempunyai kesempatan untuk melihat secara langsung suatu peristiwa atau demonstrasi.
3.       Anak cenderung memaami suatu peristiwa secara parsial dan tidak mengaitkan satu bagian dengan yang lainnya.
            Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari banyak yang memilki arti berbeda dengan yang digunakan dalam IPA. Contoh, gaya, gesekan, pembiasan dan lain-lain.


2.6   Cara Mengatasi Miskonsepsi
      Van den Berg (1991:6) merumuskan beberapa unsur dari cara mengatasi miskonsepsi, adalah sebagai berikut:
1.       Langkah pertama adalah mendeteksi pra-konsepsi siswa. Apa yang sudah ada dalam kepala siswa sebelum kita mengajar? Pra-konsepsi apakah yang sudah terbentuk dalam kepala siswa oleh pengalaman dengan peristiwa-peristiwa yang akan dipelajari? Apa kekurangan pra-konsepsi tersebut?
2.       Langkah kedua adalah merancang pengalaman beljar yang bertolak dari prakonsepsi tersebut dan kemudian menghaluskan bagian yang sudah baik dan mengoreksi bagian yang salah.
3.       Langkah ketiga adalah latihan pertnyaan dan soal yang dipakai harus dipilih sedemikian rupa sehingga perbedaan antara konsepsi yang benar dan yang slah akan muncul dngan jelas.
      Lebih jauh Van den Berg menyatakan bahwa kunci untuk perbaikan konsepsi siswa dalah interaksi dengan siswa. Tanpa interaksi guru tidak akan mengetahui miskonsepsi siswa.



















                       Tabel Uji Miskonsepsi Pada Beberapa Buku Kimia SMA Untuk Kelas X



Judul Buku


Konsep

Indikator
Penjelasan
Gambar
Visualisasi
Miskonsepsi
Ada/Tdk
Sesuai/Tdk
Ada/Tdk
Sesuai/Tdk
Ada/Tdk
Sesuai/Tdk
Ada/Tdk
Sesuai/Tdk
Kimia Untuk SMA/MA Kelas X
Tata Nama Senyawa Sederhana

Ada

Sesuai, tapi tidak lengkap

Ada

Sesuai

Ada

Sesuai

Tidak

-
Kimia Menkaji Fenomena Alam
Tata Nama Senyawa

Ada

Sesuai, tapi tidak lengkap

Tidak

-

Ada

Sesuai

Tidak

-
Memahami Kimia SMA/MA 1 Untuk Kelas X, Semester 1 dan 2

Tata Nama Senyawa

Ada

Sesuai

Tidak

-

Ada

Sesuai

TIdak

-
Kimia 1 Untuk SMA/MA Kelas X

Tata Nama Senyawa

Ada

Sesuai, tapi tidak lengkap

Tidak

-

Ada

Sesuai

Tidak

-

























Keterangan pada Tabel di atas :
1.       Pada judul Buku kimia untuk SMA/MA kelas X Karangan Budi U, dkk. Terdapat penjelasan yang kurang dipahami oleh siswa karena penjelasannya singkat dan untuk penamaan pada senyawa seperti Cr yang mempunyai biloks +2 dan +3 tidak d jelaskan penamaan yang lebih spesifik begitu pula pada penamaan yang terdapat pada unsur besi yang memiliki bilangan oksidasi +2 dan +3, pada penjelasan pada buku ini pula belum lengkap belumterdapan senyawa poliatomik.
2.       Pada judul buku Kimia Mengkaji Fenomena Alam karanagn Arifatun Setyawati. Pada buku ini jelas akan tetapi gambar yang menunjukan senhywa yang telah dinamai belum ada atau tidak terdapat gambar, kemudian sama dengan buku yang lain tidak terdapat pada pemberian nama pada senyawa yang memiliki bilangan oksidasi pada senywa logam transisi tidak dibahas penamaan yang lebih spesifik, pada penjelasan kurang dipahami oleh siswa pada pembahasan senyawa asam tidak terdapat persamaan reaksinya dan pada buku ini juga tidak membahas senyawa basa.
3.       Pada Judul Buku Memahami Kimia SMA/MA Karangan Irvan Permana. Pada buku ini penyajiannya menarik siswa karena pada buku ini sangat jelas dan kontras warna yang dipakai adalah warna yang dapat menarik hati pembaca atau siswa. Penjelasan pada buku ini pula mudah dimengerti olah sisawa, semua pokok pembahasan dibhas pada buku ini akan tetapi gambar dari contoh senywa tidak ditampilkan dan persamaan reaksinya tidak terdapat pada buku ini.
4.       Pada Judul Buku Kimia Untuk SMA/MA Kelas X Karangan Ari Harmanto dan Ruminton. Pada buku ini penjelasannya cukup singkat dan tidak dimengerti oleh pembaca atau siswa karena penjelasannya kurang lengkap atau hanya singkat dan tidak terpola baik dan penjelasannya sekalian tidk dibagi perpokok bahasan semua dicantumkan pada satu materi saja. Pada pembahasan ion pokok yang disajikan pada senyawa ion kurang jelas, tidak terdapat penjelasan senyawa poliatomik, senyawa asam dan basa.








BAB III
PENUTUP

3.1     KESIMPULAN

Dari pembahsan diatas dapat disimpulkan bahwa semua buku yang telah dikaji tidak terdapat miskonsepsi  semua pada penjelasan pada buku kimia SMA sudah sesuai dengan buku  panduan yaitu buku kimia universitas oleh James E. Brady. Akan tetapi pada buku-buku yang sudah diuji ada beberapa buku yang tidak terdapat gambar dan pada buku tersebut tidak terdapat atau penjelasan yang libih spesifik dan ada pula buku yang kurang di pahami oleh siswa sehingga siswa akan kebinggun jika mempelajari sendiri.


3.2    SARAN

 Saran yang ingin disampaikan oleh penulis yaitu pada makalah ini pada pembahasan yang ditulis masih banyak kekurangan sehingga pembaca diharapkan lebih banyak melakukan study literatur pada pokok bahsan yang terdapat pada makalah ini.














DAFTAR PUSTAKA

Anonim,-.-. kajian konsep, miskonsepsi certainty of respon index (CRI) dan pencemaran lingkungan.diakses pada tanggal 09 april 2012 pukul 15: 30:12 pada alamat http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d035_046169_chapter2.pdf
Anifah .S. Arifatun,2009, Kimia Mengkaji Fenomena Alam, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Brady.J.A,1998, Kimia Universitas Asas & Struktur Edisi ke-V jilid I,Jakarta : Universitas Trisakti
Harmanto A.,Ruminton,2009,Kimia Untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta :Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Permana .I,2009, Memahami Kimia SMA/MA Untuk Kelas X, Semester 1 dan 2, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Ulami .B, Nugroho A.CS. dkk.2009.Kimia Untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta :Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional


Tidak ada komentar:

Posting Komentar