Laporan Akhir
Modul V
A. Judul :
Metabolisme “ Analisis Urine “
B. Tujuan :
-
Mengetahui sifat dan kandungan kimiawi
urin normal dan urin patologis
C. Dasar Teori
Urin adalah suatu
cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur,garam-garam
anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna kekuning-kuningan, meskipun
secara normal banyak variasinya. Mempunyai bau yang khas untuk speciesyang
berbeda. Jumlah urin yang diekskresikan tiap harinya bervariasi, tergantung
pada pakan, konsumsi air, temperatur lingkungan, musim dan faktor-faktor
lainnya
(Ganong,
2003).
Proses pembentukan
urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi),
dan penambahan zat – zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus
dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan
augmentasi terjadi di tubulus distal. Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106
nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus
yang dibekali dengan darah dalam sistem kapiler arteri sedemikian sehingga
terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk mempengaruhi ultrafiltrasi material
berberat molekul rendah dalam plasma.
(Roberts, 1993).
Urin sering dianggap
hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal urin sangat membantu dalam
pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering
dijadikan bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis,
dan menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari
pasien yang diperiksa. Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting
dalam diagnosis keadaan kesehatan seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara
lain (1) pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik bila
terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan bermasalah
biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan warna abnormal. (2)
Tes yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti warna bila substansi
tertentu terdeteksi atau ada di atas normal. (3) Hasil yang datang dari
pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan
berikut ini berada di atas normal atau tidak
(Ganong
2002).
Karakteristik urin
normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi)
sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning
pucat sampai kuning. Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi
sejumlah variasi, misalnya umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada
1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi
1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu
lain, yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga
tergantung dari bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang
memusingkan. Bau merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau
mencerna obat-obatan tertentu. urin yang normal rata-rata 1-2 liter / hari.
Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua
substansi dalam urin meningkat) sehingga mempermudah pembentukan batu. pH urin
dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh
konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang
basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat lebih
asam. (Evelyn 1993). Berikut ini cara
mengetahui pH urin dapat dilihat pada Gambar
Proses pembentukan urin
1.
Filtrasi (penyaringan)
Proses
filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman
tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding
dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus kontortus
proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-sel khusus (prodosit).
Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan
darah) dan tekanan onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk
ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan
komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium kapiler,
glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu
masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.
2.
Reabsorpsi (penyerapan)
Proses
reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian
tubulus kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh
tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat
itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+,
K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-,
dan sebagian urea. Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif.
Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal.
Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di
tubulus kontortus distal.
Proses
reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma
darah) masuk ke tubulus kontortus proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi
glukosa dan 67% ion Na+, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan
ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung henle.
Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan
pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung henle
terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan
di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi reabsopsi Na+ dan air di
bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di tubulus ini
juga terjadi sekresi H+, NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang
ada pada urin. Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang memiliki kandungan
air, garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada
urin.
3.
Augmentasi (pengumpulan)
Urin
sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus
pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis
renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih)
yang merupakan tempat penimpanan sementara urin.
D. Alat dan Bahan
o
Alat
Pipet Tetes Gelas
Kimia Rak Tbg Reaksi Gelas
Ukur
Tabung Reaksi Erlenmeyer Penjepit Tabung Penangas Air
o
Bahan
-
Urin Normal
-
Urin Diabetes
-
Urin Ginjal
-
Aquadest
-
HNO3 encer
-
Larutan AgNO3 10 %
-
HCl encer
-
Larutan BaCl2
-
Larutan Reagen Biuret
-
Larutan Reagen Benedict
E. Prosedur Kerja
Ø Uji pH
- Mencelupkan pH meter ke
dlam wadah yang berisi urin yang akan diuji.
- Membandingkan ketiga urine ini
|
Ø
Uji Klorida
- Memasukkan masing-masing 1 ml urine
pada tabung reaksi
- Menambahkan
HNO3 dan 1 ml AgNO3
10%
- Mengamati
perubahan yang terjadi
|
Ø
Uji
Sulfat
o
Memasukkan masing-masing 1 ml urine pada
tabung reaksi
o
Menambahkan HCl encer dan 1 ml BaCl2
o
|
Ø
Uji
Biuret
o
Memasukkan masing-masing 2 ml urine pada
tabung reaksi
o
Menambahkan 8 tetes larutan Reagen
biuret
o
|
Ø Uji Glukosa
o
Memasukkan masing-masing 1 ml urine pada
tabung reaksi
o
Menambahkan 1-2 ml larutan Reagen
Benedict
o
|
F. Hasil Pengamatan
Sampel
Urin
|
Uji
pH
|
Uji
Klorida
|
Uji
Sulfat
|
Uji
Glukosa
|
Uji
Biuret
|
Normal
|
Asam dengan
pH= 6,49
|
+
klorida larutan terdapat endapan putih
|
+
sulfat larutan menjadi keruh
|
Tidak
terjadi perubahan
|
Larutan Hijan terang
|
Diabetes
|
Basa dengan pH
= 9,69
|
+ klorida terbentuk 2 lapisan atas
putih susu, terdapat putih
|
+
sulfat larutan menjadi keruh
|
Larutan
menjadi merah bata
|
Larutan Biru
|
Ginjal
|
Basa dengan pH
= 7,24
|
+
klorida larutan terdapat endapan putih
|
+
sulfat larutan menjadi keruh
|
Tidak terjadi
perubahan
|
Larutan
menjadi biru keunguan
|
G. Pembahasan
Urin
terdiri dari air dengan bahan terkarut berupa sisa metabolisme (sepert urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal
dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap ke
dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Analisis urin secara fisik meliputi
pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin itu
sendiri sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis
protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan protein ada banyak
sekali metode yang ditawarkan, mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa
dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis mikroskopik, sampel urin secara
langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat saja yang
terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalium phospat, serat tanaman,
bahkan bakteri
Yang pertama yang diuji pada
percobaan kali ini adalah :
·
Uji
pH
Pada uji yang dilakukan
adalah memasukkan semua sampel yang kita akan uji ke dalam gelas kimia dan akan
dilakukan uji pH, selanjutnya sampel ini dicelupka pH meter untuk menggukur
berapa pH dari masing-masing sampel yang diuji dan didapatkan bahwa urin normal
adalah 6,49,urin diabetes adalah 9.69, sedangakan untuk urin ginjal adalah
7,24. Dapat kita lihat bahwa untuk urin normal adalah asam sedangkan untuk urin
yang lainnya adalah basa hal ini menandakan hal yang mempengaruhi adalah pada
kedua urin yang bersifat basa masih ada kandungan NaOH, sedangakan yang kita
ketahui bersama bahwa urin pH-nya adalah asam rata-rata memiliki pH 6
·
Uji
Klorida
Pada uji ini bertujuan
untuk menguji kadar klorida yang terdapat pada urin ini dengan hal pertama yang
dilakukan adalah memasukkan masing-masing 1 ml urin yang akan diuji, kemudian
di tambahkan HNO3 dan 1 ml AgNO3 10 % dan dapat dilihat
pada gambar :
Urin Normal Urin Diabetes Urin
Ginjal
dari ketiga gambar di
atas dapat dilihat bahwa untuk urin diabetes endapan putihnya banyak hal ini
menandakan bahwa banyak mengandung klorida. Uji Klorida pada urin dilakukan
dengan mencampur HNO3 dan AgNO3, pada urin dan akan
terbentuk endapan berwarna putih (AgCl). Apabila larutan tersebut ditambah
dengan amoniak berlebihan, endapan tersebut akan larut kembali. HNO3
berfungsi untuk mencegah terjadinya perak fofat Terbentuknya endapan AgCl
(endapan putih) menunjukkan adanya ion Cl- yang berasal dari urine diikat oleh
Ag+ dari AgNO3. Penambahan amoniak akan mengurangi endapan AgCl.
Dapat dilihat dari persamaan reaksi :
AgCl +
NH3OH AgOH + NH4Cl
Uji klorida dilakukan
untuk mengetahui zat-zat abnormal yang terkandung dalam urin. Indikatornya
terdapat endapan putih, menunjukkan urin tersebut mengandung klorida. Adanya
endapan menunjukkan bahwa kinerja hati terganggu.
·
Uji
Sulfat
Pada uji ini bertujuan
untuk menguji kadar sulfat yang terdapat pada urin ini dengan hal pertama yang
dilakukan adalah memasukkan masing-masing 1 ml urin yang akan diuji, kemudian
di tambahkan HCl encer dan 1 ml BaCl2 dan dapat dilihat pada gambar
:
Urin Normal Urin
Diabetes Urin Ginjal
Dapat dilihat pada
gambar adalah semua larutan keruh hal ini emnandakan bahwa ada kandungan phospat-nya
dan terdapan endapan putih. Hal ini ditandai dengan belerang anorganik
merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90 %) dan berasal terutama
dari metabolisme protein. Pada percobaan ini, urin 24 jam direaksikan dengan
HCl encer dan BaCl2. Maka akan terbentuk endapan putih yang
menunjukkan adanya belerang anorganik, reaksi yang terjadi :
BaCl2 +
SO4 2- BaSO4 + 2 Cl-
·
Uji
Glukosa
Pada uji ini bertujuan
untuk menguji kadar glukosa yang terdapat pada urin ini dengan hal pertama yang
dilakukan adalah memasukkan masing-masing 1 ml urin yang akan diuji, kemudian
di tambahkan 1-2 ml reagen benedict lalu larutan ini dipanaskan dan dilihat pada gambar setelah terjadi pemananasan :
Urin Normal Urin Diabetes Urin
Ginjal
Pada uji ini dilakuakan
uji benedict pada uji benedict ini bertujuan mengguji gula pereduksi denga
prisipnya seperti pada uji glukosa yakni merupakan uji umum untuk mengetahui
gula pereduksi. Reagen benedict (ion Cu2+) kan bereaksi (oksidasi
reduksi) dengan gula pereduksi dan menghasilkan endapan Cu2O yang
berwarna biru kehijauan hingga merah bata.
·
Uji
Biuret
Pada uji ini bertujuan
untuk menguji kadar protein yang terdapat pada urin ini dengan hal pertama yang
dilakukan adalah memasukkan masing-masing 1 ml urin yang akan diuji, kemudian
di tambahkan 8 tetes larutan reagen biuret dapat dilihat pada gambar :
Urin
Normal Urin Diabetes
Urin Ginjal
Dari
ketiga uji tadi dapat dilihat bahwa hanya urin ginjal yang berebah menjadi
keunguan hal ini menandakan adanya kandungan protein, sesuai dengan prinsip
dari uji biuret pada protein adalah jika dalam suasana basa , ion Cu2+
bereaksi dengan peptida dan menghasilkan kompleks waran yaitu violet (ungu).
Hal ini sesuai dengan pH dari urin ginjal yang basa.
H. Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat simpulkan bahwa :
ü Secara
umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin
kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih.
Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Berat jenis urin
1,002 – 1,035.
ü Secara
kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum,
kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah,
badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium,
sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing),
zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb)
Daftar Pustaka
·
Ganong.
2003. Fisiologi
Kedokteran. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
·
Ischak
Netty I,M.Kes,Dra. 2005. Bahan
Ajar Biokimia. Jurusan Kimia UNG : Gorontalo
·
Roberts,
M. 1993. Biology
Princeple and Processes, 1 sted. Thomas Nelson and Sons
Ltd. London
·
Teaching
Team. 2012. Penuntun
Praktikum Biokimia, Jurusan Kimia UNG : Gorontalo